Sabtu, 27 Februari 2010

EKONOMI MURAH HATI (Renungan Maulid Nabi Muhammad SAW)

Ikhwatiyfillah, dalam suasana Maulid Nabi Muhammad SAW, kami mengajak kita untuk meneladani contoh-contoh terbaik Rasulullah SAW dalam bidang bisnis dan ekonomi. Mudah2an tulisan ini, dengan segala keterbatasannya, membantu kita.
**
“Islam adalah gabungan antara tatanan kehidupan praktis dan sumber etika yang mulia. Antara keduanya terdapat ikatan sangat erat dan tidak terpisahkan. Dan ekonomi yang kekuatannya berdasarkan wahyu dari langit itu (Islam) tanpa diragukan lagi adalah ekonomi yang berdasarkan etika.” (Jack Austri, seorang Perancis, dalam bukunya Islam dan Pengembangan Ekonomi).

Meski semua ekonom mengenal Adam Smith dan buku Wealth of Nations-nya, hanya segelintir yang membacanya dengan teliti. Dalam buku itu, Adam Smith mengutip laporan perjalanan Doktor Pocock yang menjelaskan rahasia kesuksesan para pedagang Arab. Kunci keberhasilan mereka terletak pada KERAMAHAN dan KEMURAH HATIANNYA. Tepatnya ia menulis. “Ketika mereka memasuki sebuah kota, mereka mengundang orang-orang di jalan, baik kaya maupun miskin, untuk makan bersama denganz duduk bersila. Mereka memulai makan dengan mengucapkan BISMILLAH dan mengakhirinya dengan ucapan HAMDALLAH.”

Saat ini, dalam berbagai praktek ekonomi yang kita jumpai dan jalani, selalu ada dua kutub yang berhadapan. Profesionalitas versus moralitas. Spiritualitas versus praktek bisnis atau dagang. Etika, moral, kejujuran versus target-target pendapatan.

Padahal, asalnya, kedua kutub itu terintegrasi. Seharusnya keduanya dapat dengan harmonis berjalan beriringan. Kutipan isi buku Adam Smith diatas itu adalah contoh sederhana kesuksesan Islam melalui generasi pertamanya mempraktekkan scientific management dengan humanistic dan spiritual management.

Pedagang Islam mengundang orang miskin untuk makan adalah cara mengundang barakah Allah. Dan di saat bersamaan mereka melibatkan orang kaya untuk makan adalah membangun relationship serta mengundang transaksi dari segmen pasar yang punya daya beli. Lalu acara bersama itu dibungkus dengan kalimat Allah “Bismillah” dan “Hamdallah”.

Dahulu Rasulullah muda dalam ekspedisi dagang membawa komoditas Khadijah sebelum menikah ke suatu tempat yang jauh, mempraktekkan bahwa beliau bisa mendapatkan untung berlipat-lipat dengan tetap mempraktekkan kejujuran sekaligus kepandaian memainkan harga mengikuti situasi pasar. Setelah strategi aksi banting harga kafilah dagang Yahudi yang mana Rasul SAW bergabung dengan mereka, sesungguhnya Muhammad SAW bisa saja kembali ke Mekkah dengan menjual barang dengan murah dibawah harga dasar dan artinya rugi. Tapi beliau tak melakukannya. Pertama karena beliau tak mungkin mengkhianati amanat barang yang dititipkan Khadijah, yang kedubeliau dengan sifat Fathonahnya mampu menganalisis tarik menarik antara Supply dan Demand dan pengaruhnya terhadap harga. Beliau menahan sebentar barangnya hingga beberapa saat ketika harga murah, lalu menjualnya ketika supply mengecil dan demand tetap. Di saat itulah beliau bisa menjual barang dengan harga premium. Aksi Rasulullah ini mengecewakan pedagang Yahudi yang sejatinya dari awal memang hendak mengerjai beliau.

Tak ada artinya wacana-wacana ekonomi Islam sebagai solusi permasalahan umat manusia disuarakan, sementara hanya sebagian kecil muslim yang menyadari bahwa demonstrasi akhlaq yang baiklah yang memberi dampak sangat besar.

Akhlaq adalah bagian yang jelas dan tegas dalam ekonomi Islam, menurut Dr. Yusuf Qardhawi, landasan ekonomi Islam adalah :
1. Ketuhanan
2. Akhaq yang baik
3. Bercirikan kemanusiaan (humanistic)
4. Bersifat pertengahan

Ketika menjawab pertanyaan seorang rekan beberapa saat lalu tentang bagaimana menegakkan ekonomi Islam, jawabannya bisa sederhana bisa juga sangat rumit. Hal paling sederhana namun sesungguhnya paling rumit adalah mengaktualisasikan akhlaqul karimah di keseharian kita, melalui diri-diri kamu muslimin. Dalam muamalah kita, termasuk dalam deal-deal bisnis, interaksi dagang dengan siapapun itu. Sebelum bertukar system dari sistem keuangan syaithan ke sistem yang benar-benar Islami, kita harus menukar cara pandang, internal value dan mentalitas kita kepada mentalitas Islam yang solutif, RAMAH dan MURAH HATI.

Wallahua'lam
Semoga bermanfaat

Sumber :
*) Norma dan Etika Ekonomi Islam, Dr. Yusuf Qardhawi, Gema Insani Press
**) Ekonomi Islam, Suatu Kajian Kontemporer, Ir. H. Adiwarman A. Karim SE, MBA, MAEP, Gema Insani Press

Jumat, 26 Februari 2010

1 Tamparan untuk 3 Pertanyaan

Ada seorang pemuda yang lama sekolah di luar negeri, kembali ke Tanah Air

Sesampainya dirumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang guru agama, kyai atau siapa saja yang bisa menjawab pertanyaannya.

Akhirnya orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut, seorang KYAI

Pemuda : ” Anda siapa dan apakah anda bisa menjawab pertanyaan- pertanyaan Saya? “

Kyai : ” Saya Hamba Allah, dan dengan seizin- Nya Saya akan menjawab pertanyaan Anda “

Pemuda : ” Anda yakin? sedangkan profesor dan ramai orang yang pintar tidak mampu menjawab pertanyaan saya “

Kyai : ” Saya akan mencoba sejauh kemampuan Saya “

Pemuda : ” Saya ada tiga pertanyaan :

1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukkan wujud Tuhan kepada Saya?
2. Apakah yang dinamakan takdir?
3. Kalau syaitan diciptakan dari api kenapa dimasukkan ke neraka yang terbuat dari api, tentu tidak menyakitkan bagi syaitan. Sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak berfikir sejauh itu?

Tiba- tiba Kyai tersebut menampar pemuda tadi dengan keras

Pemuda : (sambil menahan sakit) Kenapa Anda marah kepada Saya? “

Kyai : ” Saya tidak marah…….Tamparan itu adalah jawaban atas 3 pertanyaan yang Anda ajukan kepada Saya “

Pemuda : ” Saya sungguh- sungguh tidak mengerti “

Kyai : ” Bagaimana rasanya tamparan Saya? “

Pemuda : ” Tentu saja Saya merasakan sakit “

Kyai : ” Jadi Anda percaya bahwa sakit itu ada? “

Pemuda : ” Ya ! “

Kyai : ” Tunjukkan kepada Saya sakit itu ! “

Pemuda : ” Saya tidak bisa “

Kyai : ” Itulah jawaban pertanyaan pertama…………Kita semua merasakan kewujudan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya “

Kyai : ” Apakah tadi malam Anda bermimpi akan ditampar oleh Saya? “

Pemuda : ” Tidak “

Kyai : ” Apakah pernah terfikir oleh Anda akan menerima tamparan dari Saya hari ini ? “

Pemuda : ” Tidak “

Kyai : ” Itulah yang dinamakan Takdir “

Kyai : ” Terbuat dari apa tangan yang Saya gunakan untuk menampar Anda ? “

Pemuda : “ Kulit “

Kyai : ” Terbuat dari apa Pipi Anda ? “

Pemuda : ” Kulit “

Kyai : ” Bagaimana rasanya tamparan saya ? “

Pemuda : ” Sakit “

Kyai : ” walaupun Syaitan dijadikan dari api dan neraka juga terbuat dari api, jika Tuhan menghendaki maka neraka menjadi tempat yang menyakitkan bagi syaitan “